Spanduk Protes dan Aksi Damai Menggema
Protes tak hanya disampaikan melalui pernyataan, tetapi juga lewat aksi damai dan pemasangan spanduk di konter-konter.
Beberapa slogan yang terpampang di berbagai lokasi:
- “Tolak 3 GB All Operator, Hancurkan UMKM!”
- “Dirut Telkomsel Jangan Datang Jika UMKM Tak Dianggap!”
- “Kami Konter Rakyat, Bukan Musuh Korporasi!”
Aktivis: Ini Kolonialisme Digital Gaya Baru
Aktivis komunitas Sahabat Outlet, Muhammad Rizky Dalimunte, menyoroti ketimpangan yang makin lebar akibat kebijakan operator besar.
“UMKM digital jangan hanya jadi jargon marketing. Kami nyata dan pernah jadi tulang punggung Telkomsel. Tapi sekarang kami disingkirkan secara sistematis,” katanya.
Rizky menyebut ini sebagai bentuk kolonialisasi digital gaya baru, di mana kekuatan korporasi perlahan-lahan menghapus ruang hidup ekonomi kecil.
KNCI Desak Negara Turun Tangan dan Evaluasi Model Bisnis Operator
Menanggapi kondisi ini, Sekjen KNCI Budi Gerald menyerukan perlunya evaluasi nasional terhadap model bisnis operator telekomunikasi, serta menuntut adanya regulasi yang mendukung keadilan dalam ekosistem digital.
“Kalau suara kami terus diabaikan, gerakan ini akan meluas secara nasional. Ini bukan ancaman, ini bentuk seruan keadilan ekonomi digital,” ujar Budi.
Belum Ada Tanggapan dari Telkomsel
Hingga berita ini diterbitkan, pihak Telkomsel belum mengeluarkan pernyataan resmi menanggapi gelombang penolakan ini.
Publik kini menanti apakah perusahaan pelat merah ini akan membuka ruang dialog atau tetap melanjutkan agenda sepihak.
Catatan Penting untuk Pemerintah
Fenomena ini menjadi sinyal peringatan bahwa transformasi digital tanpa inklusi bisa memicu ketimpangan dan resistensi dari akar rumput.
Pemerintah diharapkan hadir sebagai penengah dan tidak memihak hanya pada kepentingan korporasi besar.
Ketika suara konter-konter kecil mulai bersatu dan menggema, itu pertanda ada ketidakadilan yang perlu diungkap.
Digitalisasi tak boleh mengorbankan pelaku usaha mikro yang sudah membangun dari bawah.