Daerah  

Kisruh di SMPN 7 Maluku Tengah

BeritaTrend.id. – Maluku Tengah Senen, 23 Juni 2025.– Suasana pendidikan di SMP Negeri 7 Maluku Tengah tengah bergolak.

Penunjukan Anthoni Rotasouw sebagai Pelaksana Harian (Plh) Kepala Sekolah menuai sorotan tajam dari kalangan guru, pengamat pendidikan, hingga organisasi profesi guru.

Gaya kepemimpinannya dinilai sarat arogansi, mengintimidasi rekan sejawat, dan dituding memperkuat praktik nepotisme.

Rotasouw dituding memecah soliditas guru dengan membentuk Tim Pengembangan Sekolah tanpa melibatkan wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan guru berpengalaman.

Tim yang dibentuk secara sepihak itu diduga hanya terdiri dari orang-orang yang loyal terhadap dirinya.

“Koordinasi tidak ada. Tim dibentuk tanpa konsultasi. Ini memperkeruh suasana,” ujar seorang guru yang enggan disebutkan namanya, Sabtu pekan lalu.

Ketegangan internal semakin meningkat kala Rotasouw menggelar pelatihan pengembangan sekolah dengan narasumber dari BPMP Provinsi Maluku.

Kegiatan itu dilaksanakan secara tertutup pada 18 Juni lalu, tanpa pemberitahuan kepada guru lain.

“Ini sekolah negeri, bukan organisasi eksklusif,” sindir seorang guru senior.

Tak hanya itu, Rotasouw juga dituding melakukan pengangkatan kroni secara terselubung.

Salah satu loyalisnya ditunjuk sebagai Wakasek Bidang Kesiswaan tanpa musyawarah atau transparansi, menggantikan pejabat sebelumnya yang telah pensiun.

“Penunjukan dilakukan diam-diam, SK dibacakan sendiri dalam rapat mendadak setelah tekanan dari guru-guru,” ucap sumber.

Teror Psikologis dan Penyalahgunaan Wewenang

Rotasouw juga dituding menyebarkan informasi palsu dengan mengatasnamakan pejabat dinas pendidikan dan kepala daerah.

Ia pernah mengklaim akan menghadiri upacara bersama Wakil Bupati, yang ternyata tak pernah terjadwal.

Lebih mencemaskan, beberapa guru mengaku diancam akan kehilangan jam mengajar—komponen penting dalam tunjangan profesi—jika tidak bergabung dalam tim yang dibentuk Rotasouw.

“Kalau tidak ikut tim, jam kita dikurangi. Ini jelas bentuk tekanan,” ujar seorang guru lain.

Reaksi Pengamat dan Organisasi Profesi

Menanggapi situasi tersebut, akademisi Universitas Pattimura, Samuel Patra Ritiauw, menyatakan keprihatinannya.

Ia menyebut konflik yang dibiarkan tanpa penyelesaian akan merusak ekosistem pendidikan secara menyeluruh.

“Pemimpin sekolah seharusnya menjadi teladan, bukan sumber keresahan. Pemerintah daerah harus segera mengambil langkah konkret,” kata Ritiauw.

Senada, Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Provinsi Maluku, Ode Abdurrachman, menyebut gaya kepemimpinan Rotasouw sebagai bentuk premanisme yang membahayakan dunia pendidikan.

“Kepala sekolah bukan raja kecil yang bisa bertindak semena-mena. Mereka pelayan publik. Kepemimpinan yang otoriter akan meluluhlantakkan semangat dan solidaritas guru,” tegas Ode.

IGI Maluku secara resmi mendesak agar Dinas Pendidikan Kabupaten Maluku Tengah membentuk tim independen untuk menyelidiki dugaan pelanggaran yang dilakukan Rotasouw. Jika terbukti, ia harus segera dicopot dari jabatan.

“Kita butuh pemimpin yang inklusif, etis, dan punya kemampuan membina komunitas pendidikan. Bukan yang menebar ketakutan,” tutup Ode.