Spiritia Rayakan 30 Tahun dengan Lagu “Rengkuh Hati”

BeritaTrend.id|Jakarta Ada yang berbeda dalam perayaan ulang tahun ke-30 Yayasan Spiritia tahun ini.

Bukan sekadar potong tumpeng atau sambutan seremonial, melainkan alunan lembut sebuah lagu berjudul Rengkuh Hati — karya yang menjadi simbol perjalanan panjang lembaga ini dalam mendampingi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia.

Lagu yang diluncurkan pada 7 November 2025 itu bukan hanya sekadar karya musik.

Ia hadir sebagai pesan kemanusiaan: bahwa di setiap kesedihan selalu ada harapan, dan dalam kesendirian selalu ada pelukan.

Rengkuh Hati adalah refleksi dari perjalanan kami selama tiga dekade; tentang kasih, keberanian, dan ketulusan. Kami ingin mengajak semua orang untuk terus membuka hati dan saling merangkul,” ujar Daniel Marguari, Chief Executive Director Yayasan Spiritia, dalam peluncuran lagu tersebut di Jakarta.

Pesan Harapan dari Nada dan Lirik

Di balik suara lembut penyanyi muda Keisha Amira, lagu ini menyimpan makna mendalam.

Siswi SMA asal Tangerang itu bukan sekadar menyanyikan lagu, tapi juga ikut menyerap kisah nyata para penyintas HIV/AIDS yang ia dengar langsung.

Saya sempat mendengar cerita dari mereka yang awalnya bahagia, lalu tiba-tiba hidupnya berubah. Lagu ini ingin menyampaikan bahwa mereka tidak sendiri. Ada banyak orang yang peduli,” kata Keisha dengan mata berbinar.

Menurut Keisha, meski lagu ini lahir dari kisah para penyintas HIV, maknanya bersifat universal.

Pesannya bisa dirasakan siapa saja. Tentang harapan, kekuatan, dan keberanian untuk tetap berdiri walau hidup tak mudah,” ujarnya.

Dari Air Mata Menjadi Nada

Sosok di balik penciptaan lagu ini adalah Riosa Oktaf, musisi dan guru vokal yang juga dikenal karena kedalaman karya-karyanya.

Ia menulis lirik dan menyusun aransemen “Rengkuh Hati” setelah berdiskusi dengan komunitas Spiritia dan mendengar langsung pengalaman hidup para penyintas.

Saya sempat meneteskan air mata ketika mendengar kisah mereka. Rasanya trenyuh sekali melihat bagaimana mereka berjuang untuk tetap hidup dengan martabat,” ungkap Riosa.

Proses penciptaan lagu ini, kata Riosa, tidak mudah. Ia ingin agar setiap nada dan kata membawa pesan yang utuh.

Aransemen saya buat kompleks, dengan instrumen orkestra supaya terasa megah dan menggugah. Harapannya, pesan kemanusiaan dalam lagu ini tersampaikan sepenuhnya,” ujarnya.

Tentang Keisha, sang penyanyi, Riosa memberi pujian tinggi. “Dia punya warna vokal yang khas dan teknik yang matang. Tidak banyak penyanyi muda yang bisa menafsirkan lirik dengan emosi sebaik dia,” katanya.