Aceh Timur | BeritaTrend.id —Sebuah kegiatan bimbingan teknis (bimtek) yang digelar secara tertutup di Hotel Royal Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur, pada Minggu (5/10/2025), menimbulkan gelombang kecurigaan publik.
Kegiatan yang disebut-sebut dikelola oleh Ketua Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Aceh Timur itu, diduga menjadi ladang subur praktik “mafia bimtek” yang menguras dana desa.
Menurut sumber internal panitia yang enggan disebut namanya, kegiatan tersebut berlangsung tanpa transparansi dan terkesan “dijaga rapat”.
“Memang benar, ada bimtek desa se-Aceh Timur hari Minggu kemarin. Ketuanya itu juga yang mengelola acaranya. Silakan konfirmasi langsung ke Ketua APDESI,” ujar sumber yang meminta identitasnya dirahasiakan, Minggu siang (5/10) pukul 13.20 WIB.
Dugaan Dana Desa Digeser untuk Bimtek
Informasi yang dihimpun wartawan menyebut, setiap desa diminta menyetor dana sekitar Rp10 juta untuk dua orang peserta bimtek.
Dana tersebut, menurut keterangan beberapa sumber terpercaya, disalurkan melalui Ketua APDESI tingkat kecamatan.
Modusnya: pembiayaan diklaim sebagai “penguatan kapasitas perangkat desa”, padahal dananya bersumber dari kas desa masing-masing.
Praktik seperti ini bukan hal baru di Aceh Timur. Beberapa kali kegiatan serupa dilakukan dengan menggandeng pihak ketiga—yakni perusahaan swasta dari luar daerah—yang bertugas mengelola kegiatan sekaligus mengatur biaya teknis.
“Pola lama yang terus berulang, hanya kemasannya saja berbeda,” ujar salah satu sumber investigatif media ini.
Komunikasi Akrab, Isyarat Bisnis di Balik Bimtek
Menariknya, Ketua APDESI Aceh Timur yang disebut-sebut bernama Samsuar, sempat menghubungi wartawan media online ini melalui pesan WhatsApp pada 22 September 2025.
“Apa kabar sehat, Abangku,” tulisnya. Pesan itu dibalas secara santai oleh wartawan, namun kemudian mengarah pada percakapan soal kegiatan bimtek. “Nanti saya kasih kabar, tapi tolong kerja sama yang baik,” ujar Samsuar dalam percakapan lanjutan pukul 12.23 WIB di hari yang sama.
Kalimat singkat itu memunculkan tanda tanya besar: apakah ada upaya mengarahkan pemberitaan agar kegiatan tersebut tidak terpublikasi secara luas?
Kegiatan Tertutup, Isu Makin Menguat
Pantauan lapangan menunjukkan, kegiatan bimtek di Hotel Royal Idi Rayeuk berlangsung tertutup tanpa publikasi resmi.
Tidak ada undangan terbuka, tidak ada rilis agenda, bahkan peserta mengaku tidak tahu detail pembiayaan dan tujuan kegiatan.
“Aneh, semuanya diam. Seolah ini acara rahasia,” ujar seorang perangkat desa yang hadir di lokasi namun enggan disebut namanya.
Beberapa narasumber lain menilai kegiatan itu hanyalah “cerita pengalihan isu” agar media tak menyoroti dugaan penyalahgunaan dana desa yang mulai ramai diperbincangkan.
“Ini hanya rayuan. Isinya kosong, hasilnya nihil,” kata sumber investigatif lainnya.
Pola Lama, Akuntabilitas Nihil
Kegiatan bimtek yang berulang dengan pembiayaan fantastis ini memunculkan pertanyaan serius: ke mana arah pembinaan perangkat desa jika setiap kegiatan justru membebani kas desa tanpa hasil nyata?
Hingga berita ini diterbitkan, Ketua APDESI Aceh Timur belum memberikan klarifikasi resmi meski sudah dihubungi berulang kali oleh wartawan.


