BeritaTrend.id.|– Halmahera Selatan – Polemik di SD Negeri 246 Gilalang, Kecamatan Bacan Barat Utara, Halmahera Selatan, kembali mencuat.
Seorang guru bernama Ati Din menjadi sorotan usai diduga menguasai rumah dinas sekolah dan kerap mangkir mengajar.
Kini, ia juga dituding melakukan intimidasi terhadap wartawan Warta Global dengan gaya preman.
Kasus ini memicu keresahan publik. Bukan hanya terkait dunia pendidikan, tetapi juga menyangkut kebebasan pers yang dilindungi undang-undang.
Sikap seorang pendidik yang seharusnya jadi teladan justru dipertontonkan dengan arogansi dan ancaman.
Sejumlah warga Gilalang mengaku perilaku tersebut bukan hal baru.
“Memang ibu Ati suka arogan. Dari dulu rumah dinas itu dianggap miliknya pribadi, karena dia yang bangun dapurnya. Jadi orang lain tidak bisa masuk,” kata seorang warga dengan nada kesal, Jumat (27/9/2025).
Warga lain menambahkan, tindakan Ati Din jauh dari sikap seorang guru.
“Guru itu harus jadi panutan, bukan malah mengintimidasi. Sangat disayangkan, apalagi sampai bawa-bawa nama aparat,” ucapnya.
Polemik ini bermula dari pemberitaan soal dugaan penyalahgunaan rumah dinas oleh Ati Din.
Alih-alih memberi klarifikasi resmi, beberapa wartawan mengaku mendapat tekanan. Ancaman tersebut bahkan disebut-sebut melibatkan nama aparat kepolisian.
“Setelah berita kami naik, bukannya klarifikasi, malah intimidasi. Tapi kami tetap tenang karena tahu aturan jurnalistik. Yang jelas kami selalu lakukan konfirmasi,” ujar salah satu wartawan Warta Global.
Tindakan intimidasi terhadap jurnalis langsung menuai kecaman.
Publik menilai, hal ini bukan persoalan pribadi, tetapi ancaman terhadap kebebasan pers yang dijamin dalam UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Masyarakat mendesak pemerintah daerah dan aparat hukum mengambil langkah tegas.
Jika dibiarkan, dikhawatirkan akan jadi preseden buruk bagi dunia pendidikan dan demokrasi lokal.
“Kalau ini dibiarkan, apa jadinya pendidikan kita? Guru harusnya jadi contoh, bukan sebaliknya. Ini bukan hanya soal rumah dinas, tapi soal moral seorang pendidik,” tegas warga lainnya.
Publik kini menunggu sikap aparat dan Pemda Halmahera Selatan dalam menangani kasus ini.
Masyarakat berharap tidak ada lagi wartawan maupun warga yang mengalami intimidasi serupa.


