BeritaTrend.id.| – Jakarta – Di tengah suasana Agustus yang kerap dipenuhi simbol perjuangan dan refleksi kenegaraan, satu nama mencuat tanpa sorotan besar, tapi tak bisa diabaikan: Sufmi Dasco Ahmad.
Ia bukan politisi yang gemar tampil di layar kaca atau melempar pernyataan kontroversial.
Namun justru dalam diamnya, Dasco memainkan peran penting sebagai penentu arah politik nasional.
Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, menyebut Dasco sebagai “penjaga arah”.
Bukan karena aksinya di panggung, melainkan karena kemampuannya menjaga keseimbangan ketika politik nasional berada di titik-titik rawan.
“Bangsa besar bukan dibentuk oleh sorak sorai, tapi oleh mereka yang mampu menjaga stabilitas saat panggung mulai retak,” ujar Haidar dalam keterangannya, Rabu, 7 Agustus 2025.
Pernyataan itu mengacu pada langkah Dasco belakangan ini, termasuk pertemuannya dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Dalam kapasitasnya sebagai utusan Presiden terpilih Prabowo Subianto, Dasco datang bukan sekadar membawa ucapan selamat atas Kongres VI PDIP.
Lebih dari itu, ia menyampaikan pesan perdamaian dan kesinambungan politik.
“Ini bukan sekadar gestur diplomatik, tapi simbol transisi yang dirajut dengan tenang dan hormat,” kata Haidar.
Politik Agustus: Tenang, Tapi Penuh Tekad
Bulan Agustus identik dengan kemerdekaan, namun menurut Haidar, esensi bulan ini lebih dari sekadar seremoni.
Ia menyebut Agustus sebagai momentum mengenali pemimpin sejati — mereka yang bekerja dalam kesenyapan, namun berdampak besar.
Dasco, dalam kacamata Haidar, berada di titik itu.
Tidak mencari sorotan, tidak memburu popularitas, tapi hadir di saat genting. Dalam isu-isu seperti putusan Mahkamah Konstitusi, wacana amnesti Hasto Kristiyanto, hingga dinamika pasca pemilu, Dasco memilih mengambil posisi penyeimbang.
“Ia menjadi jembatan antara pusat kekuasaan dan kebutuhan akan stabilitas konstitusional,” lanjut Haidar.
Apresiasi dari Realitas, Bukan Panggung
Apresiasi Haidar Alwi terhadap Dasco bukan muncul dari kagum yang dibesar-besarkan.
Ia menyebut pengakuan itu lahir dari pembacaan objektif atas situasi politik hari ini: bahwa di tengah hiruk-pikuk para elit, justru tokoh yang memilih bekerja senyap kerap memainkan peran krusial.
“Kita terlalu sering terpesona oleh yang paling bising, dan lupa pada mereka yang membuat ruang tetap tenang,” ujar Haidar.
Ia mengingatkan bahwa peran seperti yang dimainkan Dasco—dari pengawalan legislasi penting, pengelolaan transisi kekuasaan, hingga merawat komunikasi lintas partai—adalah fondasi agar republik ini tetap pada relnya.
Kepemimpinan Tanpa Panggung
Dalam penutupnya, Haidar Alwi mengajak publik untuk mengingat nama-nama yang tidak tampil di barisan depan, namun bekerja agar kapal besar bernama Indonesia tetap melaju.
“Sufmi Dasco Ahmad memberi pelajaran bahwa menjadi pemimpin bukan soal berdiri paling depan, tapi tentang memastikan arah tetap jelas dan tak keluar jalur,” pungkasnya.